Title: LUNA AFTER MIDNIGHT
Author: Cindy Clarissa *real name*/Reila Nakahara *nickname*
Pairing: Choi Siwon *Super Junior!!!*
Genre: Romance
Bodoh.
Benar-benar bodoh.
Tidak. Ini lebih dari bodoh. Apa yang sudah aku lakukan? Berubah begitu saja didepan dia? Yah, aku tak punya pilihan. Tapi semua ini takkan terjadi seandainya aku tidak menampakkan diri di depan si tampan. Tapi bagaimana lagi? Aku tidak tahan juga untuk berbicara dengan orang setelah lama sekali aku bicara sendiri. Lagipula dia butuh pertolonganku. Tapi orang mabuk lainnya sering lebih parah dari dia dan aku berusaha tidak mau tahu. Tapi untuk si tampan… Aku mau tahu.
Aku tertolong karena dia dalam keadaan mabuk. Semoga saja dia mengganggap itu hanya mimpi atau halusinasi. Tapi dia sadar-sadar saja waktu berbicara denganku. Ukh! Aku bingung! Yang kuharapkan dia tidak mengatakan apapun tentang aku kepada siapapun. Kalaupun dia mengatakannya, dia pasti dianggap gila. Dia juga tidak maukan dianggap gila?
Aku sudah memintanya melupakanku. Mungkin saja sudah dilakukannya. Entah kenapa hatiku menjadi sakit. Aku ingin dia mengingatku…
***
Di suatu taman yang indah. Rumput-rumputnya begitu hijau dan bunga-bunga beraneka warna bertebaran disana-sini. Anak-anak berlarian riang gembira sementara ibu mereka menonton dengan senyum yang merekah. Tapi semua itu terlihat biasa. Biasa sekali dibandingkan dengan gadis yang duduk disana. Dia begitu menarik perhatian. Duduk tenang dengan wajah menunduk membaca buku. Aku penasaran. Kuhampiri dia. Dia sangat rupawan. Dia tersenyum menyambutku.
Tiba-tiba dunia menggelap. Awan putih digantikan oleh mendung. Senyum sang gadis memudar digantikan wajah yang sedih. Gelap. Gelap sekali. Dan ketika aku bisa melihat dengan jelas, gadis itu tidak ada. Yang ada didepanku adalah… Pohon.
Siwon begitu terkejut hingga terbangun. Nafasnya terengah-engah. Mimpi itu begitu jelas. Gadis yang berubah menjadi pohon. Hal ini benar-benar menggangunya sehingga terbawa kedalam mimpinya. Dia memandang berkeliling. Sepi. Kamarnya sepi dan diluar sudah terang. Siwon belum membuka jendela dan dia sama sekali tidak berminat melakukan hal itu. dia masih duduk diranjangnya. Masih diliputi perasaan shock.
Terdengar ketukan dipintu.
“Tuan, Tuan Siwon anda sudah bangun?” Tanya pelayannya dari luar.
“
“Tuan besar berpesan kepada saya untuk mengingatkan anda agar bangun sebelum jam sebelas dan menghadiri rapat dikantor, tuan,” Jawab si pelayan.
Siwon melihat kearah jam dimeja. Hampir jam sebelas. “Ya, aku tahu. Pergilah,” Perintah Siwon.
“Baik tuan,” dan pelayan itu pun pergi.
Dengan malas Siwon bangun dan menuju kamar mandi. Pikirannya masih dipenuhi oleh si gadis pohon misterius itu. Tapi yang paling penting saat ini adalah dia harus menghadapi sang Ayah.
***
“Tapi apa menurutmu aku bisa?” Tanya gadis berponi kepada temannya yang sedang sibuk menjilat lolipop. Si lolipop memandang si gadis berponi.
“Kenapa tidak bisa? Lagipula kau belum mencoba. Coba saja dulu,” Katanya.
“Tapi Jung Soo oppa itu cowok populer. Dia begitu tampan, pintar, dan jago olahraga. Banyak mengidolai dia. Aku? Bukan siapa-siapa,” Si gadis berponi mulai kehilangan kepercayaan diri. Aku jadi kasihan. Tapi si lolipop malah jadi gusar.
“Kau jangan patah semangat dulu dong. Kau dan Jung Soo oppa
“Aku tahu, seharusnya aku mencoba dulu,” Gumamnya.
“Nah! Begitu dong! Aku pasti akan membantumu,” Seru si lollipop senang. Si gadis berponi tersenyum. Mereka berdua mulai menyusun rencana-rencana. Tidak lama kemudian mereka beranjak dari bangku dan pergi. Aku sendiri lagi. Semoga saja si gadis berponi berhasil. Memang sulit kalau kita tidak mencoba dulu.
Lalu bagaimana denganku? Apa aku berani mencoba beranjak dari sini? Tidak. Aku terlalu takut. Aku takut kehilangan kaki ini. Aku takut mengorbankan tubuh yang kudapatkan untuk kedua kalinya. Dan aku tidak punya peyemangat seperti si gadis berponi itu.
Dan kenapa wajah si tampan melintas dibenakku? Mungkinkah dia jadi penyemangatku? Aku juga tidak tahu.
***
Membosankan,keluh Choi Siwon. Dia heran sendiri kenapa dia bisa bertahan didalam ruangan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya, kecuali ayahnya sendiri, dan selalu memandangnya diam-diam penuh rasa penasaran. Ayahnya juga selalu memasang mata memperhatikannya. Dan pembicaraan disini benar-benar tidak masuk telinganya. Siwon memang tidak pernah tertarik sama sekali terhadap bisnis. Tapi ayahnya bersikeras dan memaksanya kuliah bisnis. Hasilnya Siwon selalu bolos dan nilainya parah. Dan sang ayah menjadi semakin keras terhadapnya. Siwon berusaha melawan. Sesungguhnya ia juga ingin meloloskan diri dari ayahnya. Tapi dia masih menghormati ayahnya. Rasa hormat atau takut? Hal itu masih sering ia tanyakan kepada dirinya sendiri. Yang pasti ayahnya selalu berhasil menekannya dan Siwon selalu kalah. Dia selalu lari dari masalah dan membiarkan semuanya begitu saja..
Kau tidak boleh lari. Siwon tersentak. Dia jadi ingat perkataan si gadis pohon misterius dan pertanyaannya yang belum dijawab si gadis. Siwon menghela nafas. Dia jadi teringat lagi dengan gadis itu. Gadis itu tampaknya juga punya masalah dan lebih berat dari masalahku, pikir Siwon. Dia jadi ingin bertemu gadis itu dan menyingkap misteri yang menyelubunginya. Terutama soal pohon.
Siwon jadi teringat mimpinya…
Sudah jam satu. Sampai kapan aku harus berada disini…
***
Sudah sore. Satu persatu orang-orang mulai menghilang dari taman. Tapi perasaan cemasku belum hilang. Masih bergentayangan dalm hati dan pikiranku. Si tampan itu, siapa ya namanya?, dia tidak terlihat. Entah kenapa menurutku dia akan datang. Paling tidak untuk mencari tau tentang aku. Huh! Kenapa aku jadi berpikiran begitu? Tentu saja dia sudah melupakan kejadian kemarinkan? Pasti dia menganggap dirinya bermimpi. Ya, pasti seperti itu.
Tapi mengapa perasaanku jadi tidak keruan begini? Apa yang sebenarnya kuharapkan? Tidak. Aku harus menghentikan rasa tidak jelas dalam diriku. Aku harus melupakannya.
Er, tidak mungkin…
Dia datang! Si tampan!
Lama, lama sekali dia duduk. Matahari sudah tenggelam. Dia masih duduk disitu. Aku penasaran, apa yang dipikirkannya, ya? Dia berbalik lagi, menatapku. Kali ini tanpa ekspresi. Lagi-lagi lama sekali…
Malam akhirnya turun. Aku masih jadi pohon dan si tampan masih duduk disitu. Apa yang dipikirkannya? Aku sangat penasaran. Mungkinkah dia sengaja menungguku? Minta penjelasan? Aku tidak bisa membaca pikirannya. Dia tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Yang dilakukannya hanya duduk dan memandangiku lalu memandang kosong ke depan.
Waktu terus berjalan. Sekarang hanya kami berdua saja disini. Tengah malam belum tiba. Akh! Apa yang akan kulakukan nanti kalau seandainya dia masih disini? Apa yang akan kulakukan setelah berubah nanti. Aku tidak tahu…
Dia masih duduk disitu.
Tengah malam semakin dekat dan aku semakin tegang dan si tampan tetap diam. Kira-kira apa yang akan terjadi nanti? Hanya tuhan yang tahu. Ah, dia akhirnya bergerak juga. Dia beranjak dari bangku, menatapku, lalu berjalan perlahan menjauh dari taman. Akhirnya dia pergi juga. Dengan begini aku bisa tenang.
Kurasa tidak. Aku malah jadi gelisah. Sepanjang dia duduk dibangku tadi tidak bisa kupungkiri aku merasa… senang. Tegang juga, tapi aku juga senang. Dan dia sudah pergi. Aku jadi merasa kosong.
Jam dua belas tepat. Akhirnya, jadi manusia lagi.
Aku membeku.
***
Ukh! Jadi juga ni fanfic. Thank to chaca yang menyuntikkan inspirasi ke gw yang lagi mumet ga jelas ini. Gw harap fanfic ini ga stu
1 comments:
ini disebut terinspirasi atau menjiplak?
tentu lebih enak didengar inspired kan?
karna intulah, aku gak pernah setuju dengan kata2 menjiplak..
Post a Comment