I see my vision burn. I feel my memories fade with time. But I’m too young to worry. Ya, aku masih terlalu muda untuk khawatir. Tapi nyatanya, aku khawatir. Aku sangat khawatir. Masalah utamanya apalagi kalau bukan tentang masa depan.
I see my vision burn. Not yet. Yang baru kulihat hanya kabut. Kabut tebal yang sangat sulit ditembus. Untuk mengintip sedikit saja kebalik kabut aku tidak bisa. Mataku langsung pedih. Aku sudah berusaha untuk menyingkapnya. Kabut itu tidak bergeming.
Kenapa kabut itu tidak bergerak? Karena keadaanku sekarang. Di dalam kotak abu-abu aku hidup, hanya bisa mengangguk. Mengatakan sesuatu pun hanya akan menjadi tamparan nantinya. Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih. Seandainya aku bisa meminta, aku pasti meminta. Namun aku di kotak abu-abu. Aku harus ingat itu.
Apakah masa depanku akhirnya akan benar-benar terbakar? Aku tidak mengharapakan itu. Apakah kotak abu-abuku menggelap dan menjadi kotak hitam? Aku tidak mau. Aku tidak menyalahkan siapapun. Apapun. Toh aku juga tidak bisa begitu. Lalu siapa yang salah? Apa?
Manusia hanya bisa berusaha. Aku sedang berusaha meyingkirkan kabut itu. Aku ingin melihat ada apa dibaliknya. Aku ingin tahu…
Coba kau lihat. Disini aku menangis. Disini aku terdiam. Disini aku berjuang. Didalam kotak abu-abu aku terus berusaha. Aku mengharapkan belas kasihanmu, Tuhan…
0 comments:
Post a Comment