Baru-baru ini gue baca novel terbaru bulan ini, judulnya WAKE. Novel remaja terjemahan terbitan gramedia. Bagus novelnya. Unik. Bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Janie Hannagan yang memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang lain. Sayangnya Janie belum bisa mengontrol kemampuannya itu. Walau kadang menganggu, nggak jarang kemampuannya itu berguna untuk orang lain. Mau tau kelanjutanya? Baca novelnya . Gua ga suka spoiler sih..
Ada adegan yang gue suka banget dinovel Wake. Adegan pas Janie pulang jalan kaki pake sepatu high heel. Gue tulis aja deh.
Setelah satu setengah kilometer berjalan dengan sepatu hak tinggi Carrie, kedua kaki Janie sakit luar biasa. Ia mencopot sepatu dan melangkah di halaman berumput, melihat deretan rumah bagus berubah menjadi deretan rumah jelek disepanjang jalan. Rumput sudah dilapisi embun dan halaman rumah makin berantakan. Kaki Janie serasa membeku.
Ada yang menyamai langkahnya, dengan sangat pelan sampai-sampai Janie tidak menyadari keberadaannya hingga cowok itu berada disampingnya. Cowok tersebut membawa skateboard. Cowok kedua dan ketiga muncul, lalu menaruh skateboard di jalan dan meluncur pergi, tidak jauh di depan Janie.
“Astaga!” kata Janie saat dikelilingi mereka. “Jantungku nyaris copot, tahu.”
Cabel Strumheller mengangkat bahu. Cowok-cowok lain berangkat duluan. “Rumahmu masih jauh,” kata Cabel. “Kau, uh”–ia berdeham- “tidak apa-apa?”
“Lumayan,” kata Janie. “Kau?” seingat Janie ia tidak pernah bicara dengan Cabel sebelum ini.
“Naiklah.” Cabel menurunkan skateboard, lalu meraih sepatu Janie. “Nanti kakimu luka. Banyak pecahan beling dan sampah lain.”
Janie melirik skateboard, lalu mendongak pada Cabel. Cowok itu mengenakan topi wol yang berlubang. “Aku tidak tahu caranya.”
Cabel tersenyum sambil menyelipkan rambut hitam nya ke balik topi. “Berdiri saja. Membungkuk. Jaga keseimbangan. Aku akan mendorongmu.”
Janie mengerjapkan mata, lalu naik.
Aneh.
Ini mustahil.
Biasanya mereka saling menegur pun tidak.
Huaaa... padahal adegan ini sederhana. Tapi gue tersentuh. Apa gara-gara cowoknya skater? Ga ada hubunganya sih. Tapi gue cinta skater! Karena mereka keren! Gue rela deh jalan kaki kaya janie, kalo ujung-ujungnya ditolong plus dianterin pulang ama skater. Dan hal itu sangat tidak mungkin terjadi disini. Dikota gue. Yang ada gue ketemu preman. Tapi gue suka sama karakter Cabel yang cool dan ga sok heboh sama Janie. Dia Cuma nanya ‘kamu ga apa-apa?’ Bagi gue kaya gitu aja udah cukup nunjukin kalo dia khawatir. Gue ga suka sama cowok heboh dan cerewet.
Hemmm... gara-gara baca Wake, gue jadi tertarik buat mempelajari tentang mimpi. Gue masihbrowsing-browsing juga sih, nyari infonya.
Tuesday, 19 January 2010
MIMPI-MIMPI-MIMPI
Labels: resensi, seize the day
Posted by Reila Da vinci at 03:33
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
begitu tau ini cowo anak skater saya jadi inget seseorang dan bergumam 'pantas saja Cindy suka adegan ini'
i think so,, mon!
tapi, gara2 novel ini dia mulai lagi browsing hal aneh,,mengasah ke-lebay-annya!
Post a Comment