Friday, 23 April 2010

SHUSAKU ENDO

Dari judulnya gue udah tertarik.. skandal. Controversial menurut pikiran gue. Apalagi ini buku Jepang. Penulisnya, Shusaku Endo, memang dari Jepang. Gue jarang baca buku-buku Jepang. Jarang ada disini.

Controversial, ga juga. Tapi topic ceritanya keren! Tentang pendalaman jiwa manusia yang diwakili oleh tokoh utama skandal, Suguro, novelis katolik kawakan. Kehidupan suguro yang semula tentram dan terhormat terganggu oleh seoarng wanita mabuk yang mucul pada pesta penganugrahan hadiah sastra yang dihadiri suguro (yang juga mendapat penghargaan disana). Wanita mabuk itu mengaku mengenal suguro dan mengatakan bahwa suguro sering berkunjung ke kawasaan mesum di Shinjuku, Tokyo. Bahkan lukisan potretnya dipamerkan di sebuah galeri murahan di sana.

Semenjak itu kehidupan suguro berubah. Suguro memang menyangkal perkataan wanita mabuk itu, tapi dia juga penasaran dan rasa penasaran itu membawanya ke galeri tersebut. Dan dimulailah skandal suguro yang melibatkan seorang perawat yang juga sadomasokis dan seorang wartawan yang ingin menghancurkan reputasi suguro.

Awalnya gue ngantuk. Tapi ga lama kok. Karena gue dibikin penasaran dengan jalan ceritanya yang membuat gue bermain dengan pikiran gue sendiri. Gue terpengaruh oleh suguro yang bingung dan berusaha mencari tahu mana yang benar, gue jadi ikutan galau. Dan pada akhirnya semua hanya bias pasrah kepada tuhan.

Hem.. endingnya bikin merinding. Mata nyalang? Hiiii….

CAFÉ BIRU BERORNAMEN CHINA

Setiap malam pulang dan pergi ngajar les, gue pasti lewat café unik. Café itu dipenuhi lampu berwarna biru tua terang dan ada ornamen-ornamen chinanya, lampion China salah satunya. Café itu bukan café yang besar. Ukurannya sedang cenderung kecil malah. Hanya memiliki satu lantai dan tempat parkirnya biasa aja. Di sekitar café itu banyak ilalang tumbuh. Maklum, jaraknya dengan bangunan lain yang ada di sekitar situ ga begitu dekat. Jadi café biru china itu mencolok di antara para ilalang liar dan pohon-pohon.

Entah kenapa tapi gue tertarik sama café ini. Apa karena penampilannya yang unik atau dia memang punya daya pikat? Ya, café biru punya daya pikat. Buktinya gue terpikat dan pengen mampir. Tapi ada yang janggal disini. Fyi, gue ngajar les dari jam setengah tujuh sampai jam setengah sembilan. Setiap gue berangkat, jam enam lewat lima belas, café biru sepi. Parkirnya kosong. Tapi lampu-lampunya sudah dinyalakan. Nah, pas gue pulang, sekitar hampir jam sembilan lah, parkirnya mulai terisi tapi ga banyak. Timbulah prasangka dipikiran gue.

Akhirnya gue jadi penasaran. Gue berusaha cari tau tentang café ini. Objek-objek gue adalah orang-orang yang tinggalnya ada dikawasan ini, tempat café itu berdiri. Siapa mereka? Murid-murid saya yang tercinta. Dan rupanya kiddo-kiddo itu tau tentang café itu.

“Oh, café biru tu yah?”
“Itu bukan café baik-baik kak.”
“Tempat maksiat kak.”
“karokean juga kali. Minum-minum juga.”
“Aku pernah lewat situ waktu pulang malam jam dua belasan. Rame sih. Ga kaya waktu pagi, siang, sore.”
“Kayanya tempat cowok-cowok ngapain gitu.”
“Jangan kesana kak.”

Ya, gue ga kesana. Ga akan kesana. Gue yakin mama bakal marah kalau gue ke tempat-tempat yang kaya gitu. Dan feeling gue bener. Itu bukan café yang baik. Tapi setiap gue lewat, café itu selalu menarik perhatian gue. Seakan-akan manggil gue untuk mampir. If Allah permits me, I will go to the blue café with Chinese’s ornament.
Iya, kalo otak gue udah ga beres.

Ps: sayang gue ga bisa nyebutin nama café ini... :-P