Title: LUNA AFTER MIDNIGHT
Author: Reila Nakahara
Pairing: Choi Siwon *Super Junior!!!*
Genre: Romance
This is really really created by me
Aku membeku. Tak menyangka kalau dia masih disini. Apa dia menunggu perubahanku? Sepertinya begitu. Dia agak kaget tapi langsung mengendalikan diri. Dan sekarang dia duduk disampingku. Kami masih bertatapan dan tidak mengeluarkan suara sama sekali. Aku tidak tahu harus berkata apa. Lama, lama sekali kami berdua diam saling memandang dalam kegelapan malam yang sepi. Sampai akhirnya dia bertanya.
“Siapa namamu?”
Aku agak bingung, tapi kujawab saja pertanyaannya. “Luna.”
Dia tampak berpikir. “Nama yang bagus,” Komentarnya tanpa ekspresi. Huh, kenapa dia begitu? Apa karena saking shocknya melihat pohon menjadi manusia dia jadi tak tahu cara berekspresi? Aku tadinya mau mengucapkan terima kasih, tapi tidak jadi.
“Namaku Choi Siwon,” Katanya, masih tanpa ekspresi. Aku agak kaget. Choi Siwon? Jadi itu namanya...
“Namamu juga bagus,” Aku berkomentar agak canggung. Dia diam. Dia ini kenapa sih?
Siwon berdeham. Lalu menatapku dengan tatapan yang menusuk, sampai aku jadi deg-degan. Dia tampan...
“Bisakah kau menjelaskan peristiwa aneh ini? Tentang dirimu,” Tanyanya. Kali ini aku melihat rasa penasaran terpancar dari matanya.
Aku diam. Apa kuceritakan saja padanya? Tapi aku tidak mengenal dia. Siapa tahu dia orang jahat. Siwon sepertinya menyadari keraguanku.
“Aku tidak punya maksud apapun. Aku hanya ingin tahu. Aku tidak mau hal ini terus bergentayangan dalam pikiranku. Aku butuh penjelasan,” Katanya berusaha meyakinkanku. Tentu saja kalau aku jadi dia, aku pasti akan menuntut penjelasan dari perisitwa ganjil ini.
“Baiklah,”Aku menghela nafas. Siwon memusatkan perhatiannya padaku. Kami berdua begitu dekat. Kuharap dia bergeser sedikit.
“Memang yang terjadi padaku itu sulit dipercaya dan tak masuk akal, tapi ini memang terjadi,” Kataku memulai. ”Aku dulu sama sepertimu, aku juga manusia normal. Tapi aku terlalu bodoh dan menyia-nyikan hidupku, hingga jadi seperti ini,” Aku terdiam sejenak. Kenangan masa laluku tergambardengan jelas. Begitu menyakitkan.
Angin malam berhembus, Siwon agak gemetar. Sedangkan aku biasa saja. Mau angin dingin atau panas sama sekali tak ada pengaruhnya untukku. Siwon melepaskan jaketnya.
“Pakai ini,” katanya. Aku tertegun. Dia ini baik sekali. Padahal dia kedinginan, tapi masih memikirkan orang lain juga.
“Tidak usah. Kau saja yang pakai. Lagipula aku tidak merasa kedinginan. Aku tidak bisa merasa kedinginan.”
Siwon tidak yakin.
“Percayalah padaku,” kataku meyakinkannya. Dalam hati aku senang Siwon memperhatikanku.
“Baiklah,” Dia memakai kembali jaketnya.
Hening lagi. Tapi Siwon memecah keheningan.
“Apa yang kau lakukan hingga jadi seperti ini?” Tanyanya setengah berbisik. Apa yang kulakukan? Tentu saja dia akan menanyakan itu. Apa yang aku lakukan adalah hal yang paling bodoh dalam hidupku.
“Aku membunuh diriku sendiri,” Gumamku lirih. Siwon terkejut. Terpancar dari wajahnya. Kami terdiam lagi.
“Tapi aku diberi kesempatan kedua,” Aku memecah kesunyian. Aku juga tidak mau buang-buang waktu. Sekarang sudah hampir jam dua. “Aku membuat perjanjian. Aku memohon untuk menjadi manusia lagi. Dikabulkan, tapi dengan syarat aku harus menjadi pohon selama 20 jam baru setelah tengah malam sampai jam empat pagi aku berubah menjadi manusia. Dan kalau aku tetap bertahan menjadi manusia setelah jam empat, aku akan menghilang. Lenyap dari dunia ini. Dan takkan pernah mendapat kesempatan lagi.” Aku mengakhiri ceritaku.
“Aneh,” Gumam Siwon pelan.
“Memang,” Kataku menimpali. Lagi-lagi kami terdiam. Aku tidak tahu harus bicara apa.
Siwon menatapku, tampak ragu. “ Er, maaf kalau aku menanyakan hal ini. Em, mengapa kau mau hidup lagi didunia ini? Sebagai manusia pohon lagi.”
Dia benar. Bagi orang yang membunuh dirinya sendiri, yang berarti ingin mati dan pergi dari dunia ini, tentu saja keinginan untuk hidup lagi sangatlah aneh. Tapi aku, yah...
“Penyesalan selalu datang terlambat. Aku menyesal. Disaat terakhir aku merasa tak pernah melakukan sesuatu yang berguna. Jadi aku ingin hidup lagi.”
“Apa kau sudah melakukan sesuatu? Yang berguna?”
Rasanya aku mau menangis. Orang ini benar-benar membedah diriku. Dia membuka ketakutanku.
“Maaf, maaf Luna. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih dan tertekan,” Ucap Siwon yang tampak menyesali pertanyaannya. Apa wajahku menunjukkan kesedihan? Tapi aku senang, lagi, dia memperhatikanku.
“Tidak apa-apa. Kau menyadarkanku. Semenjak aku menjadi manusia pohon aku tak pernah melakukan apapun. Aku hanya duduk disini, menatap langit gelap dan melamun. Terkadang aku sembunyi kalau ada orang. Aku tak pernah mau pergi jauh dari sini. Aku takut takkan bisa kembali lalu berubah menjadi pohon dan menghilang. Takkan ada kesempatan lagi untukku. Aku terlalu takut,” Dan bingung. Ya, aku bingung dengan kehidupan kedua yang kujalani ini. Tuhan kumohon jangan jatuhkan air mataku.
“Aku mengerti,” Gumam Siwon pelan.
Kami terdiam lagi. Aku agak lega karena menumpahkan sedikit beban dalam hatiku. Ketakutanku. Paling tidak Siwon tidak berkomentar yang aneh-aneh.
“Kau tahu, kau orang pertama yang berbicara denganku,” Kataku sambil menunduk.
“Benarkah? Aku merasa terhormat,” Katanya kedengaran senang. Tapi ekpresinya berubah menjadi heran. “Apa kau tak mengajak bicara orang mabuk lainnya?”
Aku terkejut mendengar pertanyaannya. “Itu, er, aku tak pernah mendekati mereka. Seperti yang kubilang tadi, aku selalu sembunyi. Orang-orang mabuk dan yang lainnya, mereka menyeramkan. Baru kau saja yang...” Aku tak sanggup melanjutkan perkataanku. Apa mukaku memerah? Tidak, ini terlalu melakukan untuk interaksi pertamaku dengan manusia normal. Aku memalingkan wajah dan menunduk. Terlalu memalukan.
“Aku takkan bertanya kenapa,” Kata Siwon terdengar geli. “Aku yakin sesuatu dari diriku menarikmu untuk mendekatiku.”
Wah, dia narsis...
“Sudahlah aku senang bisa bertemu denganmu. Aku bisa tau kejadian yang luar biasa ini. Kalau tidak lihat sendiri, aku takkan percaya.”
Dia senang bertemu denganku. Aku pun begitu. Rasanya baru pertama kali ini aku merasa senang. Baik dikehidupanku yang sebelumnya sampai sekarang, aku sulit merasa senang. Aku bersyukur menolongnya waktu itu.
“Mmm, Luna?” Panggil Siwon.
“Ada apa?” Tanyaku ingin tau. Sepertinya dia ingin bertanya lagi.
“Waktu kita bertemu kemarin, kau ingat pembicaraan kita? Kau ingat kau berkata aku tak boleh lari? Dan aku bertanya bagaimana caranya. Tapi kau tak menjawab dan malah berubah hingga membuatku shock. Nah, sekaranglah saatnya kau memberi tahu, bagaimana caranya agar kita tidak lari dari masalah? Tolonglah,” Siwon memandang ke arah jam taman dengan agak khawatir. Satu setengah jam lagi aku akan berubah.
“Memangnya apa masalahmu? Coba kau ceritakan dulu,” Kataku prihatin. Jadi dia masih memikirkan percakapan kami kemarin ya? Apa masalahnya memang berat?
Ekspresi wajah siwon merubah suram. “Ayahku masalahku,” Lalu dia terdiam. Aku menebak kalau mereka tidak akur.
“Semenjak Ibu meninggal, ayah berubah. Dia terus mengaturku. Dia merasa berkuasa atas diriku. Menyuruhku melakukan ini itu semua yang dia mau. Tujuannya untuk mempersiapkanku menjadi pemimpin perusahaannya kelak,” Siwon berhenti sebentar. Dia terlihat sedih. Aku jadi semakin prihatin. “Kalau aku melawan, dia akan menekan dan mengintimadiku. Dia punya banyak cara untuk itu. Dan aku selalu berhasil merasa tertekan dan terintimidasi olenya. Jadi karena aku lelah melawannya, aku ikuti saja apa maunya. Walau terkadang aku benar-benar ingin memberontak, tapi aku selalu menyerah duluan,” Dia tertawa, tawa tanpa keriangan sama sekali. “Jadi aku lari saja, hanya itu yang bisa kulakukan.”
Aku menimbang-nimbang apa yang akan kuucapkan. “Apa kau, takut pada ayahmu?” Tanyaku sambil berbisik. Aku yakin itu yang dia rasakan. Dia bisa saja melawan, aku yakin. Tapi ada sesuatu yang menghalanginya. Ketakutannya.
Siwon menatapku tajam. Ukh, aku langsung menyesal mengatakan hal tadi. Tapi pandangannya berubah menjadi sedih.
“Kau benar. Aku memang takut padanya. Dia sering berkata bahwa tanpanya aku bukan apa-apa. Tanpa hartanya, aku tidak bisa merasakan kenyamanan dalam hidupku. Dia benar. Jadi dia merasa berhak atas takdirku,” Siwon mencengkram rambutnya.
“Apa kau bisa mencoba dan menghadapi hidup tanpa kenyamaan itu?”
Siwon berpaling menatapku. “Aku tak tahu,” Jawabnya dramatis.
Aku tersenyum. “Seandainya kau mau mencoba, kau pasti bisa keluar dari masalahmu. Keluar dari cengkraman ayahmu. Dengar Siwon, dunia tak sesulit yang kau bayangkan. Aku sering merasakan kerasnya jalanan. Memang tidak nyaman, tapi kau bisa merasakan kebebasan dan menentukan sendiri takdirmu. Kau hanya perlu berusaha dan bertahan, jangan pernah menyerah.”
“Seperti apa hidupmu dulu,” Tanya Siwon.
Aku memandang ke atas. “Segelap langit diatas. Kelam dan sulit,” Aku menghela nafas. “Bodohnya, aku selalu lari. Seandainya dulu aku mau menghadapi masalahku.. Yah, tapi itu sudah berlalu.”
Dan lagi-lagi kami terdiam. Aku melirik Siwon diam-diam. Dia tampak merenung, berpikir. aku tak mau mengganggunya. Tuhan, apa maksudmu membawa dia kedalam kehidupanku? Apa akhirnya aku melakukan sesuatu yang berguna? Memberinya nasihat? Apa itu bisa dibilang berguna? Aku tak tahu...
Kami masih diam membisu. Yang terdengar hanya suara hembusan angin yang bertiup. Langit masih gelap dan aku langsung tersentak. Sudah jam setengah empat. Waktu berjalan dengan cepat.
“Er, Siwon,” Panggilku hati-hati, takut mengganggunya.
Dia menoleh.
“Sudah setengah empat. Sebentar lagi aku akan kembali menjadi pohon. Sebaiknya kau pulang, sudah subuh begini.”
Siwon tersenyum. “Aku pulang. Harus ada yang diselesaikan. Terima kasih, Luna,” Dia berdiri, aku juga ikut berdiri.
“Hati-hati ya.”
Siwon beranjak pergi. Akhirnya, dia pergi juga. Kenapa tiba-tiba perasaanku menjadi sedih.
“Besok aku akan kembali lagi,” Katanya. Dia akan kembali kesini?
karena terlalu senang, aku hanya bisa tersenyum.
“Aku pergi, sampai ketemu besok,” Dan Siwon pergi. Aku menatap kepergiannya sampai dia tak terlihat lagi. Aku benar-benar berharap dia akan datang. Dia membawa kebahagian dalam hari-hariku yang sunyi.
***
To be continue
Idem. No comment. Seminggu lagi mau Uan. Doain gw.
Sunday, 12 April 2009
LUNA AFTER MIDNIGHT Chapter 3
Labels: choi siwon, Fanfic, super junior
Posted by Reila Da vinci at 04:36
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment